Fransisca (Sisca) Ariantiningsih she/her

Header

Director
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari

Participant: 2020 Indonesia Grassroots Accelerator

Fransisca Ariantiningsih_pp_550x550

Global

Header

North Sumatera

Header

Indonesia

Fransisca (Sisca) Ariantiningsih she/her

Header

Director
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari

Participant: 2020 Indonesia Grassroots Accelerator

Protecting the Sumatran Orangutan through person-centered engagement.

Fransisca Ariantiningsih is a mother, conservationist, and environmental education facilitator. Her work in conservation started when she joined a conservation NGO in Medan, North Sumatra, after finishing her Master’s degree at Queensland University in 2005. Since then, she has been working to conserve Sumatran biodiversity, particularly the Sumatran orangutan, which is the only great ape living in Sumatra. In 2018, Fransisca became the director of Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, also known as the Orangutan Information Center (OIC).

The Orangutan Information Center is a local conservation NGO based in Medan, North Sumatra that focuses on the conservation of Sumatran and Tapanuli Orangutans as well as their forest homes. To achieve this goal, OIC has four main programs: ecosystem restoration, Human Orangutan Conflict (HOC) mitigation, law enforcement, community development, and education. OIC is one of few conservation NGOs that not only invests a considerable amount of time directly working with the species on the ground, but also works with people that directly and indirectly affect the conservation of the species itself. Fransisca strongly believes that conservationists have to actively involve and empower people, especially those living adjacent to the forest, in education and conservation action. Over the last three years, OIC began emphasizing women empowerment through approaches such as home gardens and involving women in producing banana trees to be used as planting bags and paper. Fransisca’s work is grounded in an understanding that empowering women and engaging them in conservation action will not only improve families’ income but also help increase community awareness and support towards protecting biodiversity and the forests.

Fransisca aims to grow the programs of OIC by implementing new methods of impact evaluation and seeking out higher education to support the scientific work of her organization.

Melindungi Orangutan Sumatera melalui keterlibatan yang berpusat pada orang
Fransisca Ariantiningsih adalah seorang ibu, pelestari lingkungan, dan fasilitator pendidikan lingkungan. Kiprahnya di bidang konservasi dimulai ketika ia bergabung dengan sebuah LSM konservasi di Medan, Sumatera Utara, setelah menyelesaikan gelar Masternya di Queensland University pada tahun 2005. Sejak saat itu, ia bekerja untuk melestarikan keanekaragaman hayati Sumatera, khususnya orangutan Sumatera yang merupakan satu-satunya orangutan hebat. kera yang tinggal di Sumatera. Pada tahun 2018, Fransisca menjadi direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari yang juga dikenal dengan Orangutan Information Center (OIC).

The Orangutan Information Center adalah LSM konservasi lokal yang berbasis di Medan, Sumatera Utara yang berfokus pada konservasi Orangutan Sumatera dan Tapanuli serta rumah hutan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, OKI memiliki empat program utama yaitu restorasi ekosistem, mitigasi Human Orangutan Conflict (HOC), penegakan hukum, pengembangan masyarakat, dan pendidikan. OKI adalah salah satu dari sedikit LSM konservasi yang tidak hanya menginvestasikan banyak waktu untuk bekerja langsung dengan spesies di lapangan, tetapi juga bekerja dengan orang-orang yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi konservasi spesies itu sendiri. Fransisca sangat meyakini bahwa para pelestari lingkungan harus aktif melibatkan dan memberdayakan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar hutan, dalam edukasi dan aksi konservasi. Selama tiga tahun terakhir, OKI mulai menekankan pada pemberdayaan perempuan melalui pendekatan seperti pekarangan rumah dan melibatkan perempuan dalam memproduksi pohon pisang untuk dijadikan tas tanam dan kertas. Karya Fransisca didasarkan pada pemahaman bahwa memberdayakan perempuan dan melibatkan mereka dalam aksi konservasi tidak hanya akan meningkatkan pendapatan keluarga tetapi juga membantu meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat untuk melindungi keanekaragaman hayati dan hutan.

Fransisca bertujuan untuk mengembangkan program OKI dengan menerapkan metode baru evaluasi dampak dan mencari pendidikan tinggi untuk mendukung karya ilmiah organisasinya.